Tugas Pertemuan Terakhir Etika
Profesi Akuntansi (8 Januari 2013)
Nama : Putra Arthama
Kalasuat
Kelas : 4 EB 18
NPM : 25209851
Mata
Kuliah : Etika Profesi
Akuntansi
Dosen : Sri Wahyu
Handayani
Soal
dan Jawaban :
1.
Bagaimanakah
budaya organisasi bisa mempengaruhi perilaku etis ?
Menurut referensi yang saya baca, Budaya
Organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan, dan sikap yang berlaku di antara
anggota organisasi. Sekarang ini, Budaya Organisasi seringkal diciptakan oleh
pendiri perusahaan, kemudian dipertahankan dengan cara memberitahukan riwayat
organisasi dan merayakan kepahlawanan organisasi. Banyak pengalaman yang
menunjukkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan keberhasilan organisasi.
Budaya organisasi yang berhasil dapat didasarkan pada kemampuan untuk
menyesuaikan diri, keterlibatan, misi yang jelas, dan kemantapan atau
konsistensi.
Keberhasilan
budaya organisasi membantu perusahaan mencapai pertumbuhan penjualan,
pengembalian modal, keuntungan, mutu, dan kepuasan karyawan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, budaya organisasi sangat mempengaruhi perilaku etis.
2.
Apa
yang menentukan tingkatan intensitas masalah etika ?
Intensitas mengenai etika dalam
memamndang suatu tindakan ditentukan oleh faktor:
· Tingkat
kesepakatan bahwa tindakan tersebut salah.
· Besar
kemungkinan tindakan tersebut menimbulkan dampak negatif.
· Cepat
atau tidaknya dampak tersebut terasa.
· Kedekatan
pelaku tindakan dengan mereka yang potensial menjadi korban dari tindakan
tersebut.
· Besar
dampak tindakan terhadap korban.
· Banyaknya
orang yang terkena dampak negatif/luas dampak negatif yang ditimbulkan oleh
tindakan tersebut.
3.
Faktor
apakah yang mempengaruhi etika secara internasional ?
Secara internasional, faktor-faktor yang
mempengaruhi pelanggaran etika adalah :
· Kebutuhan
Individu
· Tidak
ada pedoman
· Perilaku
dan kebiasaan individu yang terakumulasi dan tak dikoreksi
· Lingkungan
yang tidak etis
· Perilaku
dari komunitas
4.
Berikan
beberapa contoh skandal etika di bidang akuntansi ?
·
Kasus
BPK Ngakali ‘Peti Es’ kan Kasus Ilya Avianti
Pada
kasus pertama, berdasarkan materi referensi yang saya dapatkan dari portal
berita lensaindonesia.com bahwa Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK masih didesak
terus untuk melakukan pemeriksaan kepada Ilya Avianti, meskipun yang
bersangkutan kini sudah menjadi komisioner
di dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Permasalahan
yang pernah dilakukan Ilya terjadi pada saat Ilya masih menjadi bagian dari BPK
atau Badan Pemeriksa Keuangan. Walaupun beliau sudah di Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), BPK harus segera mengungkapnya dan jangan sengaja di ‘peti es’ kan kasus
Ilya Avianti, berikut menurut Sekretaris Pendiri IAW pada kamis malam (19/7).
Pernyataan
tersebut menanggapi statemen dari Hasan Bisri yang menjabat sebagai Wakil Ketua
BPK yang menegaskan BPK lepas tangan dalam kasus Ilya, dikarenakan Ilya
sekarang sudah berada di dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
BPK
sebenarnya harus mengungkap agar publik percaya bahwa BPK mampu mengurusi
dirinya. Sehingga sangat layak untuk bisa mengurusi pihak-pihak yang
menjadi pengguna dan pengelola uang
negara.
Sebelumnya,
IAW pada semester pertama tahun ini telah mengadukan Ilya Avianti ke Komite
Etik BPK. Ilya diduga melakukan pelanggaran kode etik BPK karena ia juga menjadi akuntan publik kala
itu. Kantor Akuntan Publik miliknya, pada
tahun 2008 lalu menjadi Auditor Independen pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN)
III dan IV.
Jadi,
menurut pendapat saya sebagai penulis, pihak BPK harus dapat secara profesional
dalam menangani kasus di dalam lingkungan internal sendiri agar dapat menciptakan
perilaku etis dalam budaya berorganisasi.
· Kasus
Perusahaan Parmalat dari Italia
Berdasarkan artikel yang saya baca di detik finance Pendiri
Parmalat, Calisto Tanzi akhirnya harus mendekam di penjara selama 10 tahun.
Tanzi
dinyatakan bersalah dalam kasus manipulasi keuangan sekaligus kebangkrutan
korporasi terbesar dalam sejarah Eropa pada tahun 2003.
Tanzi, 70 tahun, merupakan pendiri Parmalat yang sukses mengubah perusahaan susu miliknya menjadi produsen makanan terkemuka dunia, sekaligus menjadi simbol kemakmuran pasca perang dunia II. Namun kisah sukses Tanzi itu akhirnya berakhir setelah Parmalat bangkrut.
Tanzi, 70 tahun, merupakan pendiri Parmalat yang sukses mengubah perusahaan susu miliknya menjadi produsen makanan terkemuka dunia, sekaligus menjadi simbol kemakmuran pasca perang dunia II. Namun kisah sukses Tanzi itu akhirnya berakhir setelah Parmalat bangkrut.
Tanzi
dituduh melakukan manipulasi harga saham, membuat laporan keuangan palsu
sekaligus menghalangi audit.
Menurut
saya perilaku tersebut sangat melanggar etika profesi akuntansi karena dapat
mempengaruhi perilaku di dalam organisasi menjadi tidak etis.
Pertanyaan tentang parmalat
BalasHapus